Twitter

Tuesday, June 15, 2010

Belitung!

Tanggal 11, 12, 13 juni 2010 kemaren gue liburan ke Belitung sama keluarga besar gue yang dari nyokap. Keluarga besar Wirayat. Akhirnya kita putuskan Belitung jadi tujuan wisata kita.
Di awali dengan keterlambatan pesawat yang akan kita naiki (hal biasa terjadi), kemudian kita berangkat dengan suka cita. Begitu sampai kita sekeluarga langsung asik berfoto di landasan bandara sampai-sampai lupa waktu untuk mengambil barang dan membuat para supir dengan mobil sewaannya menunggu. Setelah mengumpulkan semua barang akhirnya kita naik ke mobil sesuai dengan pembagian tempat yang sudah ditentukan sebelumnya. Kira-kira butuh waktu 30-45 menit untuk menuju ke tempat penginapan dari bandara. Sepanjang jalan kita ngelewatin perumahan warga dari bagian desa, ke kota, sampai ke daerah pinggir pantai. Perumahan disana sangat sederhana dan beragam, ada yang terbuat dari kayu, dari batu bata, dan sebagainya. Ga ada pembatas antar rumah yang membuat mereka dengan mudah berinteraksi satu sama lain. Pertanda bahwa mungkin nilai kekeluargaan antar warga disana sangat tinggi (sotoy!!). Akhirnya kita sampai di penginapan. Masing-masing masuk ke kamar yang telah ditentukan, satu kamar bisa berisi 5-6 orang ditambah dengan extra bed. Banyak cerita menarik, karena tempat tinggalnya hanya hotel berbintang satu. Jadi pasti banyak kekurangan, sebut saja banyak AC yang ga dingin sehingga harus di service terlebih dahulu, terus TV ga nyala karena gangguan pada parabola, dan hebatnya kalau semua orang di setiap kamar melakukan mandi pada waktu yang bersamaan maka listrik akan mati karena ga kuat menampung semua pemanas yang menyala, hahaha.. Begitulah kisah kita di penginapan Selesai menaruh barang dan bersih-bersih, kita berangkat untuk melihat sunset dan berfoto bersama, dan pergi untuk makan malam bersama. Sebelum sampai di tempat makan, kita mampir di sebuah mini market untuk berbelanja keperluan pribadi seperti peralatan mandi, makanan ringan dan minuman segar. Seketika gue langsung kangen mini market di Jakarta, hahaha.. kenapa? sepele sih sebenernya, biasanya gue beli magnum kesukaan gue seharga 8.000 rupiah, kalau di abang-abang yang naik sepeda 10.000, dan disana 12.000, hiiikkksss.. sedih.. disana ternyata rata-rata harganya emang lebih mahal, ya sudahlah.. cuma gue sedikit berfikir tentang ironinya, disana harga lebih mahal tapi pendapatan warganya jelas dibawah kita yang tinggal di kota besar seperti Jakarta. Dan itu harusnya membuat kita bersyukur dan lebih peduli terhadap sesama. Salah satu faktornya adalah dengan munculnya film Laskar Pelangi, yang membuat Belitung menjadi salah satu objek wisata yang cukup digemari dan mulai banyak orang berdatangan kesana. Oleh sebab itu harga barang disana pun jadi naik.
Oke, lanjut cerita setelah kita selesai makan. Hari itu adalah hari bertepatan dengan pembukaan World Cup 2010 yang semua orang tunggu-tunggu dan kita semua ingin melihat pesta pembukaannya juga setiap pertandingannya. Sayangnya itu semua bukan hal yang mudah. Kenapa lagi?? karena hampir semua orang disana termasuk penginapan kita pake parabola dan parabola kayak indovision ga akan nyiarin karena mereka ga punya hak siarnya. Percobaan pertama cuma ada suaranya tapi gambarnya gelap, percobaan berikutnya setiap pertandingan mulai layarnya kayak di pause jadi ga bisa liat pertandingannya, dan terakhir akhirnya layarnya hitam dan tidak ada suara apapun. Kita ga mau nyerah. Akhirnya kita jalan kaki ke tetangga dari tempat tinggal kita dan untungnya ada yang pake teknologi lain (gue sendiri kurang ngerti apa namanya dan jenisnya) jadi kita bisa nonton setiap pertandingannya walaupun harus nebeng di warung orang dan berbagi di tempat kecil bersama warga setempat. Sambil nonton bola kita sambil ngobrol dan banyak banget hal yang kita dapet dari mereka, sampai-sampai logat berbicara kita terbiasa ngikutin mereka, hehe.. Mereka cerita banyak hal, dari mulai bagaimana daerah mereka semakin ramai karena banyak orang berlibur kesana setelah melihat film Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, dan bagaimana pendapatan daerah Belitung naik drastis pada saat krisis moneter tahun 1999 karena perdagangan inti mereka yaitu lada harganya naik luar biasa dari 6.000 rupiah jadi 60.000 rupiah setiap kilo-nya. Mereka juga cerita bagaimana mereka lebih suka pergi ke pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, Jogja, dan lain-lain terutama untuk melanjutkan sekolah karena lebih mudah dan ga berbeda jauh sama naik kapal ke Bangka selama 4-6 jam sementara kualitasnya jauh lebih baik di pulau Jawa tadi, dan sebagainya. Oh iya sekedar informasi tambahan, mereka juga bilang kalau disana ada musim durian, rambutan dan satu lagi gue lupa tapi cuma bulan desember, terus mereka juga bilang disana mata pencaharian yang banyak adalah petani lada, nelayan, dan penambang timah. Itu salah satu alasan kenapa kalau kita lihat dari pesawat pulau Belitung ini jelek karena banyak bolong-bolongnya hasil penambangan timah liar oleh masyarakat yang berpindah-pindah sesuka hatinya. Dan yang lucunya kalau gue di Bandung atau Jakarta suka beli martabak Bangka, disana malah ada yang jualan martabak Bandung, hahaha.. sungguh aneh..
Balik lagi sama cerita gue, hari kedua kita full jalan-jalan. Kita ke sebuah pantai untuk naik kapal dengan kapasitas kurang lebih 15 orang dan menghampiri beberapa pulau. Salah satunya pulau pasir. Pulau ini terbentuk dari pasir dan isinya cuma pasir. Pulau ini jam 4 sore akan hilang tertutup arus pasang. Kemudian kita ke pulau terjauh yaitu pulau yang memiliki mercusuar tertua. Disana kita main, makan siang, foto-foto dan naik ke puncak mercusuar. Kalau kalian mau coba silahkan, mercusuar itu ada 18 lantai dan setiap lantainya ada 16 anak tangga, kebayang kan capenya kayak apa, hehe.. tapi begitu lo sampai atas lo akan sangat puas dengan pemandangan yang bisa lo liat. Indah, luar biasa, menakjubkan, dan berbagai ungkapan kata lainnya yang akan keluar dari bibir lo. Pulang dari sana kita menuju suatu pantai yang dipakai untuk film Sang Pemimpi. Pantainya bersih dan bagus. Setelah itu kita menuju tempat makan malam sambil lihat sunset di bukit berahu. Pemandangan yang sangat indah. Tapi namanya orang Indonesia kayaknya belum puas kalau belum ngelakuin sesuatu sesuka hati mereka. Contoh nyatanya adalah di tembok mercusuar banyak banget kata mutiara ditulis orang-orang ga bertanggung jawab untuk sekedar ninggalin kenang-kenangan kayak "Patimah love Budiman", atau "neng Sari, aku padamu.." dan jauh jauh kesana masih aja ada tulisan "BONEK!!" di batu pantai, hahaha.. ampun deh..
Hari terakhir, kita semua siap-siap untuk pulang. Sebelum pulang kita mampir di replika Sekolah Laskar Pelangi yang dibuat sama pemerintah Belitung untuk keperluan pariwisata karena sekolah aslinya udah setengah hancur dan letaknya kurang kondusif untuk kegiatan wisata. Setelah itu kita makan siang di sebuah tempat yang pinggirnya adalah danau dengan sebuah dermaga kecil. Disana ada beberapa anak asli Belitung yang sedang bermain dan berenang, kita pun menyaksikan mereka sambil ngobrol-ngobrol sama mereka. Seru, lucu dan berkesan.
Akhirnya kita pulang. Banyak banget pengalaman berharga, nilai positif, cerita seru, foto-foto tentang berbagai keindahan yang bisa kita bawa pulang dan itu lebih dari cukup dibanding sekedar oleh-oleh yang bisa abis atau ilang gitu aja. Hal-hal tersebut akan jadi harta jangka panjang yang bisa kita inget terus dan kita bawa sampai ke masa depan. Dan pertanyaannya adalah, apakah yang bisa kita lakukan untuk Indonesia selain menjadi wisatawan di negeri sendiri? Pikirkan dan jawab untuk diri kalian sendiri sambil menikmati beberapa foto dibawah ini: