Aku hentikan waktuku sejenak.
Mengambil nafas dalam dan tersentak.
Mengingatmu dengan semua hal ini. benda benda yang ada di hadapanku.
Dengan cahaya lampu temaram yang memang kubiarkan gelap untuk menutupi tetesan luka yang mengalir di pipiku tanpa ku sadari.
Lantunan nada tentang kita mengalir begitu saja menuntun arah jatuhnya tetesan serpihan hati sebagai pengiring bukti nyata tentang kebersamaan kita yang kubiarkan terus muncul silih berganti membuatku semakin berdosa.
Sederetan kalimat-kalimat indah yang sempat kau berikan kepadaku melalui beberapa pucuk kertas dalam lipatan pasti pada sebuah tempat yang memang diciptakan untuk itu.
Menggambarkan jiwa seorang bidadari yang telah dengan mudahnya kusakiti dan kuhancurkan berkeping-keping.
Lagi-lagi aku berkata, aku memang tidak pantas. untukmu dan untuk siapapun.
Yang terjadi, terjadilah. bumi akan terus berputar dan semua tetap bergerak tanpa memperdulikanku.
Bukan mereka yang harus mengikutiku, tapi aku yang harus berlari mengejar mereka. dengan tertatih.
Mungkin sebuah dekapan takkan merubah apapun dan mengobati satu hal pun. bagaimanapun salah adalah aku.
Kejarlah bahagiamu wahai bidadariku. aku akan baik-baik saja.
Mungkin sejenak terdiam, menunduk dan menggenggam erat album ini di dadaku. kemudian melangkah lagi.
Terima kasih dan maafku untukmu. yang membuat semuanya menjadi lebih berwarna dan merubah yang biasa menjadi luar biasa meski hanya sederhana.