Jakarta, September 2011..
"Daraaaaa.. ayo dong cepetaaannn!!", teriak Ayu yang memanggil sahabatnya dari ruang tamu.
Suara Ayu yang melengking terdengar sampai ke lantai dua tempat Dara sedang merias diri di kamarnya. Dara bukan tipe cewek yang suka menghabiskan waktu berjam-jam untuk berdandan ketika mau pergi, apalagi hanya untuk jalan-jalan bersama teman-temannya. Tapi entah kenapa hari ini ada yang berbeda, bukan pada diri seorang Dara tetapi lebih kepada perasaannya.
"Daraaaaa.. ayo dong cepetaaannn!!", teriak Ayu yang memanggil sahabatnya dari ruang tamu.
Suara Ayu yang melengking terdengar sampai ke lantai dua tempat Dara sedang merias diri di kamarnya. Dara bukan tipe cewek yang suka menghabiskan waktu berjam-jam untuk berdandan ketika mau pergi, apalagi hanya untuk jalan-jalan bersama teman-temannya. Tapi entah kenapa hari ini ada yang berbeda, bukan pada diri seorang Dara tetapi lebih kepada perasaannya.
Dara tetap cantik seperti biasanya dengan rambut panjang yang terurai, hanya saja perasaannya yang dari tadi pagi tidak menentu. Berdegup kencang dan seperti orang yang sedang panik dengan keringat yang terus membasahi keningnya dan sulit untuk duduk atau berdiam diri sejenak. Jangan tanyakan kenapa, karena ia akan menjawab tidak tahu.
Yang ia tahu hanyalah perasaannya mendadak jadi aneh ketika Ayu mengajaknya ke sebuah cafe pada hari ini, Sabtu tanggal 17 September 2011 untuk menyaksikan Andra tampil di cafe tersebut.
Andra adalah teman seangkatan Dara semenjak SD. Mereka satu sekolah hingga keduanya lulus SMA dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi pilihan masing-masing, walaupun sebenarnya mereka sama-sama kuliah di jurusan Ekonomi dan kini sama-sama telah mendapatkan gelar SE dari almamater mereka masing-masing.
Andra adalah teman seangkatan Dara semenjak SD. Mereka satu sekolah hingga keduanya lulus SMA dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi pilihan masing-masing, walaupun sebenarnya mereka sama-sama kuliah di jurusan Ekonomi dan kini sama-sama telah mendapatkan gelar SE dari almamater mereka masing-masing.
Akhirnya Dara muncul di ruang tamu.
Ia melihat kearah sahabatnya yang sudah menunggu hampir satu jam dan mulai memasang raut muka bosan.
"Gue udah oke belom sih?", tanya Dara polos.
"Yaaelaahh Daaarrr.. lo mah nggak usah diapa-apain juga udah cantik! lagian juga Andra suka lo yang apa adanya!", uups!! Ayu keceplosan! ia langsung sadar dan menutup mulutnya.
Dara langsung mengerutkan dahinya, tanda bahwa ia menangkap sesuatu dari tingkah aneh sahabatnya dan mencoba mencerna perkataan Ayu tadi. Untungnya Dara adalah cewek yang kurang peka soal urusan kayak gini dan Ayu yang tahu persis sifat sahabatnya itu segera memperbaiki sikapnya sebelum Dara menyadari arti dari perkataannya tadi.
"Udah ah! yuk kita berangkat.. udah jam 7 malem nih, setengah jam lagi Andra manggung nanti kita telat!", sahut Ayu sambil mengambil langkah cepat ke mobilnya dan menarik tangan Dara.
"Hhh..bodohnya gue! bisa gawat nih! untung aja Dara nggak nanya yang macem-macem gara-gara gue keceplosan tadi..", Ayu membatin.
Ia melihat kearah sahabatnya yang sudah menunggu hampir satu jam dan mulai memasang raut muka bosan.
"Gue udah oke belom sih?", tanya Dara polos.
"Yaaelaahh Daaarrr.. lo mah nggak usah diapa-apain juga udah cantik! lagian juga Andra suka lo yang apa adanya!", uups!! Ayu keceplosan! ia langsung sadar dan menutup mulutnya.
Dara langsung mengerutkan dahinya, tanda bahwa ia menangkap sesuatu dari tingkah aneh sahabatnya dan mencoba mencerna perkataan Ayu tadi. Untungnya Dara adalah cewek yang kurang peka soal urusan kayak gini dan Ayu yang tahu persis sifat sahabatnya itu segera memperbaiki sikapnya sebelum Dara menyadari arti dari perkataannya tadi.
"Udah ah! yuk kita berangkat.. udah jam 7 malem nih, setengah jam lagi Andra manggung nanti kita telat!", sahut Ayu sambil mengambil langkah cepat ke mobilnya dan menarik tangan Dara.
"Hhh..bodohnya gue! bisa gawat nih! untung aja Dara nggak nanya yang macem-macem gara-gara gue keceplosan tadi..", Ayu membatin.
Di saat yang bersamaan, di sebuah rumah dengan design tropis dan bergaya minimalis modern, Andra sedang bersiap-siap untuk penampilannya. Kali ini agak berbeda dengan biasanya, Andra bukan hanya menyiapkan gitar acoustic hitam kesayangannya.
"Den Andra, koper-kopernya sudah bibi masukin ke mobil semua, ada yang perlu bibi bantu lagi den?", tanya bi Minah dengan nada suara lemah yang khas.
Andra menoleh dan tersenyum. "Sudah bi, terima kasih banyak ya..", jawab Andra sopan.
Andra menoleh dan tersenyum. "Sudah bi, terima kasih banyak ya..", jawab Andra sopan.
Sejenak bi Minah memandang Andra penuh makna, meresapi keramahan dan senyumannya untuk ia simpan dalam-dalam di benaknya. Kedua bola mata bi Minah mulai berkaca-kaca, sekelebat seluruh bayangan selama 20 tahun ia bekerja di keluarga Padmadinata berputar dalam memorinya yang sudah terbatas menyimpan banyak kenangan karena dimakan usia. Andra menghampiri bi Minah dan memeluknya hangat untuk menenangkan wanita tua yang sudah dianggapnya seperti orang tua kandungnya itu.
Bi Minah genap berusia 60 tahun, bahkan lebih tua dari ayah dan ibu kandung Andra. Pada saat bi Minah berumur 40 tahun, kampung halamannya Tasikmalaya terkena bencana gempa bumi yang menyebabkan ia kehilangan suami dan keempat anaknya yang meninggal karena tertimbun runtuhan rumah mereka sendiri. Kemudian bi Minah diajak tetangganya pergi ke Jakarta untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Oleh majikan tetangganya, bi Minah dikenalkan kepada ibu Dewi yang merupakan ibunya Andra. Kedua orang tua Andra sering disibukkan dengan urusan kantor mereka masing-masing di luar kota, oleh karena itu Andra lebih banyak menghabiskan waktu bersama bi Minah ketimbang dengan ayah ibunya.
Pada saat itu Andra berumur 3 tahun, seumuran dengan almarhum anak bungsu bi Minah, sehingga bi Minah mengasuh dan menyayangi Andra sepenuh hati seperti kepada anak kandungnya sendiri, begitu pun dengan Andra yang menyayangi dan menganggap bi Minah seperti ibunya sendiri. Bahkan tidak jarang Andra curhat ke bi Minah terutama tentang perasaannya.
Pada saat itu Andra berumur 3 tahun, seumuran dengan almarhum anak bungsu bi Minah, sehingga bi Minah mengasuh dan menyayangi Andra sepenuh hati seperti kepada anak kandungnya sendiri, begitu pun dengan Andra yang menyayangi dan menganggap bi Minah seperti ibunya sendiri. Bahkan tidak jarang Andra curhat ke bi Minah terutama tentang perasaannya.
"Sudah ya bibi jangan nangis.. kalau bibi sedih nanti aku ikut sedih..", ucap Andra menenangkan ibu keduanya itu.
"Tapi 2 tahun kan lama den, kalau den Andra pulang bibi sudah dipanggil sama yang diatas bagaimana?", keluh bi Minah dengan suara terisak-isak.
Ya, Andra memang akan pergi selama 2 tahun ke Jepang untuk mendapatkan gelar Master of Arts in Marketing Management dari Tokyo Business School. Itu merupakan pilihan yang ia pilih dari dua hal yang merupakan cita-citanya, yaitu sekolah S2 di Jepang dan mengabdikan diri untuk masyarakat Indonesia yang kurang mampu khususnya dalam bidang pendidikan. Setelah pemikiran panjang dan berbagai macam perdebatan, akhirnya Andra meyakini bahwa untuk memperjuangkan pendidikan di Indonesia, ia harus membekali dirinya terlebih dahulu dengan pendidikan setinggi-tingginya dan menjadikan negara lain yang memiliki tingkat pendidikan lebih maju sebagai contoh. Jepang adalah pilihannya.
"Tapi 2 tahun kan lama den, kalau den Andra pulang bibi sudah dipanggil sama yang diatas bagaimana?", keluh bi Minah dengan suara terisak-isak.
Ya, Andra memang akan pergi selama 2 tahun ke Jepang untuk mendapatkan gelar Master of Arts in Marketing Management dari Tokyo Business School. Itu merupakan pilihan yang ia pilih dari dua hal yang merupakan cita-citanya, yaitu sekolah S2 di Jepang dan mengabdikan diri untuk masyarakat Indonesia yang kurang mampu khususnya dalam bidang pendidikan. Setelah pemikiran panjang dan berbagai macam perdebatan, akhirnya Andra meyakini bahwa untuk memperjuangkan pendidikan di Indonesia, ia harus membekali dirinya terlebih dahulu dengan pendidikan setinggi-tingginya dan menjadikan negara lain yang memiliki tingkat pendidikan lebih maju sebagai contoh. Jepang adalah pilihannya.
"Ssssttt.. bibi jangan gitu ah ngomongnya, bibi harus ikhlas ngelepas aku pergi, kan untuk kebaikan aku juga.. mendingan bibi jangan pernah berhenti berdoa sama Allah untuk kelancaran aku disana dan semoga kita sama-sama dikasih umur yang panjang biar bisa ketemu lagi", Andra berusaha meyakinkan bi Minah.
Bi Minah mengangguk pelan tanda setuju dan berbisik dengan lirih, "Den Andra juga jaga diri baik-baik ya disana, jangan ketinggalan sholat-nya, jangan telat makan biar nggak sakit".
"Pasti bi!!", jawab Andra dengan tegas dan ceria untuk mencairkan suasana sambil memberi gerakan hormat kepada bi Minah.
Bi Minah mengangguk pelan tanda setuju dan berbisik dengan lirih, "Den Andra juga jaga diri baik-baik ya disana, jangan ketinggalan sholat-nya, jangan telat makan biar nggak sakit".
"Pasti bi!!", jawab Andra dengan tegas dan ceria untuk mencairkan suasana sambil memberi gerakan hormat kepada bi Minah.
"Ya sudah, ayo berangkat den nanti telat manggungnya.. semangat ya den!! kasih persembahan yang bagus untuk bidadarinya den Andra si neng Dara", mendadak suara bi Minah kembali normal.
Andra tertawa kecil melihat kelakuan ibu perinya itu.
"Hahaha si bibi bisa aja.. makasi ya bi.. aku berangkat ya.. bibi nggak usah nunggu aku, kalau ayah sama ibu telepon bilang aja aku nginep dirumah Aldy soalnya besok pagi dia yang nganter aku ke bandara, dah bibi..", Andra bergegas pergi dan mengendarai mobilnya.
Bi Minah menatap punggung pemuda itu berjalan menjauhinya dan kemudian terdiam dengan senyum haru campur bangga sambil menyaksikan lampu belakang mobil Andra yang menghilang di sudut jalan.
Andra tertawa kecil melihat kelakuan ibu perinya itu.
"Hahaha si bibi bisa aja.. makasi ya bi.. aku berangkat ya.. bibi nggak usah nunggu aku, kalau ayah sama ibu telepon bilang aja aku nginep dirumah Aldy soalnya besok pagi dia yang nganter aku ke bandara, dah bibi..", Andra bergegas pergi dan mengendarai mobilnya.
Bi Minah menatap punggung pemuda itu berjalan menjauhinya dan kemudian terdiam dengan senyum haru campur bangga sambil menyaksikan lampu belakang mobil Andra yang menghilang di sudut jalan.
