Twitter

Wednesday, September 21, 2011

Andai Dia Tahu (Bagian 3 - Perpisahan)

Malam itu pun berakhir.
Andra membawakan 8 buah lagu, yaitu Andai Dia Tahu (Kahitna), Senandung Rindu (Tohpati), Never Knew I Needed (Ne-Yo), To Be With You (Mr. Big), Ku Menunggu (Rossa), Aku Ingin Dia (Legna), You (Switchfoot), dan Someday (John Legend).
Tanpa disadari, Andra dan Dara tidak berhenti saling menatap ketika Andra membawakan lagu-lagu tersebut. Dara terlihat sangat menikmatinya, ia sesekali tersenyum di tengah-tengah lagu dan ikut menyanyikan liriknya.

Cafe sudah mulai sepi, hanya menyisakan Andra, Dara, Ayu, Aldy dan para pramusaji yang sedang membersihkan ruangan. Ayu dan Aldy asyik berpacaran tanpa mempedulikan Andra dan Dara.
"Gimana tadi suka nggak lagunya?", Andra membuka percakapan.
"Suka kok, asik-asik lagunya..", tiba-tiba Dara terhenti dan teringat sesuatu, "Eh iya buat siapa tuh lagunya? Ciiiieeee gebetan lo ya? Yang mana sih orangnya, kok gue nggak dikenalin? Gitu ya sekarang rahasia-rahasian nggak cerita ke gue.. Oh iya terus apa-apaan tuh kok gue nggak dikasih tahu besok lo mau ke Jepang!!", Dara menyerang Andra bertubi-tubi. Andra hanya tersenyum sambil berkata dalam hatinya, "Sebentar lagi juga kamu tahu kok kalau orang itu adalah kamu".

Belum sempat Andra menjawab, tiba-tiba ujung mata Dara menangkap sesuatu dan menarik kedua matanya untuk melirik kearah tersebut. Dara sedikit terkejut dan bercampur rasa bimbang ketika menyadari ada tulisan "Soulmate" tertempel di punggung sebuah bangku di dalam ruangan cafe itu, dan bangku itu adalah miliknya.

"Jadi? Apa orang itu gue? Andra suka sama gue? Yang tadi dia maksud soulmate itu gue? Pantes aja dari tadi semua orang ngeliat kearah gue.. tapiii kok bisaaa..?", banyak pertanyaan muncul di benak Dara yang entah kenapa tertahan dan sulit untuk ia keluarkan lewat mulutnya.

"Nih buat lo..",
Andra memberikan sebuah kotak berwarna biru dengan balutan ukiran dan pita yang indah kepada Dara.
"Apa nih?", tanya Dara.
"Nanti aja ya bukanya dirumah", pinta Andra.
"Pasti lo mau ngerjain gue ya? Ah nggak mau ah..", Dara curiga.
"Hahaha ya nggaklah, anggap aja itu jawaban dari setiap tanya di hati lo dan ungkapan perasaan gue yang paling jujur ke lo..", jawab Andra dengan halus.
"Hmmm.. Okee deh, makasi yaa..", Dara seolah kehilangan pilihan jawaban lainnya.

Mereka berpisah, Dara dan Ayu pulang bersama sementara Andra mengikuti Aldy pulang kerumahnya dan menginap disana. Sebelum pergi Andra memandangi sosok Dara yang berjalan menjauhinya, meratapi setiap langkahnya dan mencoba menguatkan dirinya karena sosok indah itu tidak akan ia temui dalam waktu yang cukup lama.
"Aku pasti akan sangat merindukanmu", bisik Andra kepada dirinya sendiri sambil menatap Dara yang sudah semakin jauh.
Selama diperjalanan, Dara terdiam. Banyak hal berkecambuk di dalam hati dan pikirannya. Ia duduk sambil memangku kotak pemberian Andra tadi dan kemudian menatapnya. Raut wajahnya gelisah dan tidak sabar untuk mengetahui isi kotak tersebut.



Pukul 00:00,
Andra sedang berbaring di kamar tamu di rumah Aldy dan tidak bisa tidur karena memikirkan Dara. Ia terus menatap ponselnya, berharap ada telepon, SMS, BBM atau bahkan mention di twitter dari Dara. Tidak ada tanda satu pun darinya. Entah dia sudah membuka kotak itu atau belum, atau mungkin isi kotak itu malah membuat Dara marah dan tidak peduli lagi kepada Andra. Entahlah, terlalu banyak kemungkinan dan tebakan di kepala Andra.


Pukul 04:00,
Di tempat lain, di kamar yang penuh dengan nuansa putih dan memiliki wangi pengharum ruangan yang khas, Dara sedang tertidur pulas. Sepertinya ia sangat kelelahan dan lupa untuk membuka kotak pemberian Andra yang tergeletak di meja kecil di samping tempat tidurnya.

"Daraaaaaa.. ayoo bangun, katanya kamu mau puasa.. sudah jam 4 ini, nanti keburu subuh..", Ibunya Dara membangunkan anak bungsunya yang sedang tertidur pulas sambil menggoyangkan tubuh anaknya itu agar segera bangun.
"Iya maa ini Dara udah bangun kok.. jam berapa sih sekarang ma?", Dara menjawab dengan suara serak sambil mengusap kedua matanya.
"Jam 4.. ayo bangun, mama tunggu di bawah ya, sudah mama siapkan makanannya buat kamu sahur", balas ibunya sambil berjalan keluar kamar.
Tiba-tiba Dara teringat sesuatu dan matanya langsung terbuka lebar melihat kearah jam.
"Ya ampun gue ketiduran, gue belum liat kotak dari Andra!!", Dara berbicara kepada dirinya sendiri dan segera mengambil kotak disampingnya.

Tanpa pikir panjang, Dara langsung membuka kotak tersebut dan mengeluarkan isinya satu per satu dengan perlahan dan mencernanya dalam pikiran juga hatinya. Ada sebuah buku tulis tua yang berisi semua cerita dan rangkaian kata yang Andra buat tentang perasaannya untuk Dara. Rangkaian kata-kata tersebut memang sering ia lihat di blog-nya Andra, tapi ia baru tahu sekarang kalau semua itu untuk dirinya. Rangkaian kata-kata tersebut menemani foto-foto Dara yang diambil oleh Andra tanpa sepengetahuannya.

Dara menutup mulutnya, berusaha menahan semua rasa haru dan tekanan halus yang ia rasakan di hatinya. Kemudian ia melihat dua buah CD. CD pertama bertuliskan lagu-lagu tentang perasaan Andra kepada Dara yang sebagian besar sudah dinyanyikan langsung oleh Andra tadi malam di cafe. Penglihatan Dara mulai buram, terganggu oleh gumpalan perasaannya yang mulai mengalir dari kedua matanya sehingga ia harus beberapa kali mengusap setiap butir tetesnya dengan kedua tangannya. CD kedua hanya bertuliskan "Semoga kamu mengerti". Dara bergegas menarik laptop-nya dan memasukkan CD tersebut.

Air mata Dara semakin tidak terbendung. Ia terisak kemudian memeluk laptop-nya. Film berdurasi kurang lebih 30 menit itu berisi tentang video-video candid yang direkam oleh Aldy dan Ayu ketika Andra sedang bersama Dara. Saat mereka berbincang di depan sebuah mesjid setelah sholat maghrib, saat mereka bermain bersama di tepi pantai, saat Andra memberikan sebuah kado di ulang tahun Dara yang sampai saat ini Dara tidak mengetahui itu pemberian Andra, saat Andra mengantarkan makanan kesukaan Dara ke kantor dan rumah Dara, saat mereka sedang karaoke bersama, saat Andra membantu Dara membuatkan yel-yel kantornya, saat mereka tertawa bersama di sebuah jajanan pinggir jalan, dan saat-saat Andra sedang mengagumi Dara tanpa sepengetahuannya.

Pikiran dan perasaan Dara kini kacau dan bercampur aduk.
Dahulu Andra adalah sosok yang ia kagumi namun beberapa kali Andra malah berpacaran dengan teman-teman Dara yang lain. Sekarang Dara mengetahui semuanya. Kekaguman Andra, alasan semua perhatian Andra kepadanya, rasa sayang Andra kepadanya, bahkan kenyataan bahwa Andra begitu mencintainya dan menunggunya.
Dara semakin bingung, entah kenapa hatinya sakit. Apa yang harus ia lakukan, ia tidak kuasa membalas perasaan Andra karena telah menjalin hubungan 4 tahun dengan Rendi.

Dara melihat kearah jam lagi, kali ini ia teringat akan keberangkatan Andra.
"Gue nggak ngerti sama perasaan gue saat ini, gue juga nggak berani ngambil keputusan buru-buru, tapi setidaknya gue harus ketemu Andra sebelum dia pergi, gue harus bilang kalau gue ngerti, kalau gue tahu perasaannya.. kalaupun ternyata gue nggak sanggup ngomong di depan dia, mungkin sebuah pelukan akan cukup menjelaskan semuanya..", pikirnya dalam hati.


Kkkrrriiiiinnnggggg..

Suara ringtone yang begitu nyaring di telinga Ayu langsung membuatnya terbangun.
"Haloo..", jawab Ayu dengan malas.
"Yuu lo tahu nggak Andra berangkat jam berapa? Tanya si Aldy dong!", tanya Dara dengan cepat.
"Hah? Kemaren sih Aldy bilang flight-nya jam 7 pagi..", Ayu masih menjawab dengan nada malas dan setengah sadar.
"Aduh udah jam 6 lagi.. yaudah lo buruan ganti baju ya anterin gue ke bandara, kalau perlu nggak usah mandi!", Dara langsung menutup telepon tanpa menunggu persetujuan dari Ayu dan bersiap-siap untuk pergi.

Rumah Ayu dan Dara saling berhadapan, jadi tidak memerlukan waktu lama untuk mereka bersiap-siap. Ayu sudah berada di mobilnya diantara kedua rumah mereka, dan Dara langsung berlari masuk ke mobil itu. "Ngebut yah yuu.. kita udah telat nih..", pinta Dara.
"Iya, tapi lo juga sambil hubungin Andra biar dia tahu kita dateng dan nungguin..", jawab Ayu sambil menginjak gas mobilnya.
"Udaaah tapi nggak aktif.. yaudah yang penting kita sampe bandara dulu deh..", Dara semakin panik.
Kemudian mereka melaju kencang menuju bandara.


Pukul 6:45,
Pagi itu bandara masih sangat sepi, Andra dan Aldy duduk di depan pintu keberangkatan.
"Aduh handphone gue pake mati segala nih gara-gara semalem gue ketiduran terus lupa nge-charge!", keluh Andra.
"Nih pake punya gue!", Aldy menawarkan ponselnya.
"Thank's ya dy, gue pinjem nelepon bokap nyokap dulu buat kasih kabar", Andra mengambil ponsel Aldy dan menghubungi nomor ibunya.

Aldy menunggu sahabatnya menelepon dan memandangi sekitar sambil beberapa kali menguap karena mengantuk.

"Nih udah dy, thank's yaa..", Andra mengembalikan ponsel Aldy.
"Siiippp.. eh nggak mau sekalian nelepon Dara?", Aldy menawarkan sambil tersenyum.
"Hmmm nggak usah deh, kayaknya dia marah sama gue gara-gara kotak yang gue kasih.. buktinya sampe sekarang dia nggak bilang apa-apa.. tapi gue lega kok dia udah tahu tentang perasaan gue..", jawab Andra dengan nada sedikit pasrah.
"Oooh.. ya udah kalau gitu", Aldy menerima penjelasan Andra dan menaruh kembali ponselnya ke dalam saku celananya.

Andra memutar kepalanya, menyisir setiap sudut bandara.
Bohong kalau ia tidak mengharapkan kedatangan Dara untuk melepasnya pergi, tapi sepertinya percuma terus berharap.

Panggilan untuk penumpang penerbangan ke Jepang pun sudah terdengar lewat pengeras suara bandara.
"Oke gue cabut ya dy.. baik-baik lo disini selama nggak ada gue, hehe..", pesan Andra kepada sahabatnya.
"Haha.. tenang aja sob! lo juga baik-baik ya disana.. jangan sampe betah, nanti bisa-bisa lo kecantol sama cewek Jepang terus males pulang, hahaha..", balas Aldy sambil bercanda.
Keduanya saling tertawa, bersalaman dan berpelukan tanda perpisahan.

Andra berjalan menjauh, mendekati pintu dan melewati tempat pemeriksaan.
Ia sempat menghentikan langkahnya sejenak, menoleh ke belakang dan memberikan sedikit lagi kesempatan bagi harapannya tadi untuk melihat orang yang ia cintai. Kemudian ia menyerah, melambai kearah Aldy dan melanjutkan langkahnya.

"Dara, aku udah ikhlasin semuanya.. maaf kalau cara aku salah dan buat kamu marah.. semoga kamu bahagia sama Rendi.. aku akan fokus mengejar mimpiku dan aku akan keluar untuk menatap bintang setiap aku merindukanmu.. sampai jumpa Dara, jaga dirimu..", Andra berucap dalam hati sambil memasuki pintu pesawat.


Pukul 7:15.
"Aldyyyyyy..", dari kejauhan terdengar suara teriakan memanggil namanya. Aldy langsung menengok ke belakang dan melihat dua orang cewek berlari tergesa-gesa kearahnya.
"Hhhh.. hhhh.. dy.. Andra mana dy??", Dara bertanya sambil terengah-engah dan tertunduk menopang tubuhnya di kedua lututnya.
"Daraa.. Ayu..", Aldy keheranan melihat mereka berdua. "Andra udah naik ke pesawat..", lanjut Aldy dengan nada menyesal dan menunjuk kearah sebuah pesawat yang sedang bergerak menuju landasan pacu.

Dara menegakkan tubuhnya, mengatur nafasnya, mendorong tubuhnya yang mulai terasa berat menghadap kearah pesawat tersebut. Ia melangkah perlahan dan gontai. Entah kenapa hatinya pilu, matanya kian binar dan berkaca-kaca. Tatapannya kosong dan meratapi setiap pergerakan pesawat yang membawa pencintanya itu pergi kian menjauh.

"Aku cuma mau kamu tahu kalau aku ngerti.. kalau aku berterima kasih atas semua cintamu.. maaf kalau aku belum bisa bales ke kamu.. mungkin bukan saat ini.. tapi kalau nanti kesempatan itu datang, aku ingin kamu tetap sama.. karena aku akan berlari untuk memelukmu.. dan selebihnya kamu akan tahu tentang perasaanku.. cuma itu.. seandainya saja kamu tahu..", Dara membiarkan hatinya berbicara dan terduduk lemas, kemudian menangis dipelukan kedua sahabatnya.


Hari itu terasa lebih sendu dari biasanya..