Twitter

Wednesday, November 14, 2012

Melawan Suratan (Lirik)

Memang tak mudah
Menyatukan rasa
Menyatukan cinta
Apalagi takdir kita

Entah mengapa
Kau tak kunjung juga
Menjadi kasihku
Apalagi pendampingku

Reff:
Dunia memisahkan kita
Cerita kita tak pernah tercipta
Haruskah kupendam lebih lama
Atau melawan suratan demi cinta    

Wednesday, November 7, 2012

Menjadi Istimewa (Lirik)

Akan ada saatnya
Untuk kita berdua
Dan semua rasa kita
Menjadi istimewa

Dan ku mulai berlari
Mengejar yang tak pasti
Demi sebuah mimpi
Itu yang ku yakini

Reff:
Semua indah saatnya
Jagalah angan kita
Tunggu aku disana
Kan kubagi denganmu
Semua suka dukaku
Agar indah harimu

Saturday, October 20, 2012

Kekuatan mencinta

Saat dia tersenyum untuk bahagiamu yang meskipun mencabik hatinya

Ketika dia tertawa dalam ceritamu bersamanya dan walaupun menangis dihatinya

Saat dia mengikhlaskanmu pergi bersamanya namun merasa bodoh melepaskan cintanya begitu saja

Ketika dia memutuskan untuk pergi demi menjaga hatinya dan belajar hidup tanpamu disisinya

Saat kamu merasa kehilangan dan mulai mengerti tentang arti dirinya dihatimu

Ketika kamu memutuskan untuk mencarinya dan memintanya kembali padamu

Saat kamu mulai menyadari kehadirannya kembali melalui surat-suratnya dihidupmu

Ketika kamu tak kuasa menahan rindumu padanya namun yang ada hanya bayang semu

Saat kamu mengetahui bahwa dia telah tiada hingga tak mungkin lagi kau miliki

Ketika kamu berharap waktu dapat bersahabat denganmu dan bisa berputar kembali

Saat kamu mengenang semua tentangnya dan begitu besar cinta untukmu yang dia miliki

Ketika kamu menyadari adanya suatu kekuatan mencinta yang sulit untuk dipahami

Saat semua itu terjadi, tak ada lagi ketika yang dapat kamu tangisi..

Sunday, September 9, 2012

Mana dunia

Nyata atau tak nyata..
Rasa atau prasangka..

 
Dia atau kamu..
Cinta atau nafsu..

 
Mimpi atau realita..
Sendiri atau terluka..

 
Sadar atau buta..
Benar atau dusta..

 
Anugerah atau rintangan..
Singgah atau tujuan..

Tuesday, August 21, 2012

Yang Terbaik (Bagian 2 - Selamat Tinggal Cinta)

Satu minggu sudah Gladis menghabiskan masa liburannya kembali ke Jakarta, atau ia lebih suka menyebutnya sebagai hadiah dari mama papanya karena telah selesai menjalani segala macam proses pengobatan di rumah sakit di Yogyakarta dan Makassar selama berbulan-bulan. Gladis memang belum sembuh total seratus persen, tetapi karena ia sudah sangat bosan dengan rutinitas pengobatannya dan dokter melihat semangat hidupnya yang sudah kembali meningkat membuat ia mendapatkan izin untuk kembali ke Jakarta dengan syarat tetap mentaati jadwal minum obat yang diberikan oleh dokter yang menanganinya.

Tentu saja, alasan utama kepulangannya adalah untuk bertemu dengan Andra.
Gladis sangat menikmati masa-masa senggangnya di Jakarta walaupun ia lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah karena teman-teman dekatnya termasuk Andra sedang menjalani masa Ujian Akhir Semester dan persiapan menjelang Semester Pendek di kampus mereka masing-masing. Gladis sendiri sudah satu tahun lebih cuti dari kuliahnya karena penyakitnya. Gladis hanya pergi keluar rumah satu kali untuk menyaksikan film terbaru kesukaannya di bioskop dan ditemani Andra.
Setiap hari setelah pulang dari kampus, Andra selalu menyempatkan diri ke rumah Gladis untuk menemaninya berbagi cerita, bermain game bersama, bercanda gurau, sampai Gladis tertidur kemudian Andra baru pulang ke rumahnya. Andra sangat menyayangi dan menjaganya, Gladis tidak pernah melewatkan jadwal minum obatnya ketika bersama Andra, bahkan nafsu makan Gladis menjadi bertambah dan ia menjadi lebih ceria dari biasanya. Salah satu alasan yang membuat orang tua Gladis merasa tenang bila Andra ada disamping anak bungsu kesayangannya itu.
Andra juga suka mengajari beberapa mata kuliah mereka yang sama agar Gladis dapat mengejar ketertinggalannya ketika ia kembali berkuliah nanti. Gladis selalu senang memperhatikan Andra berbicara, bercerita, menjelaskan sesuatu, atau membuat lelucon konyol, karena baginya Andra adalah sosok yang pintar dan mengagumkan. Oleh karena itu, Gladis selalu percaya bahwa Andra akan menjadi orang yang besar dan dicintai banyak orang.

Di setiap penghujung malam, sebelum Gladis tertidur, mereka berdua selalu mengukir mimpi mereka bersama di masa depan.
Gladis merebahkan tubuhnya di kasur dengan selimut tebal dan guling kecil kesayangannya pemberian dari Andra, kemudian Andra duduk disamping ranjangnya sambil mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang.
"Nanti aku mau bikin salon terus kamu yang ngelolanya yaa..", Gladis memulai mimpinya.
"Hmmm, gimana ya? Tapi aku kan sibuk ngelola studio band, sama cafe kita.. belum lagi jadwal aku manggung sama nulis.. hehehe..", Andra membalas dengan candaan.
"Ah kamu mah nggak sayang sama akuu..", keluh Gladis dengan manja.
"Hehehe iya iyaaa.. siap nyonya!", jawab Andra memenangkan hati kesayangannya.
Mereka kemudian tertawa dan melanjutkan berangan-angan sambil bercanda hingga Gladis tertidur.


Andra sedang berjalan di koridor kampusnya.

Kkkrrriiiiinnnggggg..

"Halo, kenapa dis?", sapa Andra dengan bersemangat.
"Ndraa, kayaknya aku balik ke Makassar nya dicepetin jadi sore ini deh..", jawab Gladis dengan lemah.
"Hah? Kok mendadak gini? Emang kamu kenapa? Kamu sakit lagi ya?", balas Andra dengan sangat cemas.
"Iya ndra, kondisi badan aku drop lagi, aku disuruh langsung balik ke Makassar sama mama biar bisa langsung diperiksa.. Aku naik Garuda dari Terminal 2 jam 5 sore, nanti kamu..", tiba-tiba telepon terputus.
"Halo.. diiss.. diiss.. haloo.. yaah batre hp gue pake abis segala lagi!", Andra semakin cemas akan keadaan Gladis. Ia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 3 sore kemudian langsung berlari ke arah mobilnya untuk segera menuju ke bandara.
Andra langsung memasangkan hp-nya pada charger di mobilnya dan melaju dengan kencang.
"Tunggu aku dis, aku harus ketemu kamu dulu..", Andra membatin sambil menyetir dengan tatapan serius ke depan.

Bandara, Pukul 16.45.
"Aduh Gladis di sebelah mana ya? Udah sampe belom ya dia? Hp gue lama banget lagi nyalanya..", Andra menggerutu sambil berputar-putar di kawasan Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta mencari sosok Gladis.
Di tempat yang sama, Gladis sedang terduduk lemas menunggu panggilan keberangkatan pesawatnya. Wajah cantiknya tampak pucat dan tidak bersemangat. Ia terus menerus menatap layar handphone-nya sambil memutar-mutarnya dengan jari-jari lentiknya. Tidak lama kemudian ponselnya berdering dan Gladis tersenyum menatap nama penelepon tersebut.
"Halo ndraa, kamu dimana?", jawab Gladis dengan manja.
"Halo dis, maaf ya tadi hpku mati.. aku udah di terminal 2 nih, kamu dimananya?", balas Andra dengan nada terengah-engah dan hampir kehabisan nafas karena tergesa-gesa mencari Gladis kesana kemari.
"Kamu lari-lari ya? Tenang-tenang aku belum masuk kok, aku duduk di depan Dunkin Donuts yang di seberang toilet..", Gladis berusaha menerangkan dengan perlahan.
Andra melihat ke sekelilingnya untuk memastikan petunjuk dari Gladis.
"Sebentar, depan Dunkin yang di seberang toilet.. ini aku disini, disamping Dunkin yang di seberang toilet, kok kamu enggak ada?", tanya Andra kebingungan.
"Kamu di lantai berapa?", Gladis balik bertanya.
"Satu", jawab Andra cepat.
"Ya ampun Andra sayang, sampai kapan juga kita enggak bakal ketemu.. keberangkatan kan di lantai 2, hehehe kamu nih ada-ada aja.. makanya jangan sambil panik nyarinya, yaudah sini kamu keatas..", balas Gladis sambil tertawa kecil.
"Oh iya ya.. aduh bodohnya gue! Ya lagian gimana aku enggak panik kalau kamu mendadak mau pergi kayak gini, yaudah aku keatas nih, tungguin yaa.. bye!", Andra langsung menutup teleponnya dan berlari ke lantai 2.

"Hehehehe halooo..", Andra menghampiri dan menyapa Gladis dengan tertawa kecil karena malu dengan kesalahannya tadi.
"Heeii.. hahahaha dodol lu!", Gladis bangkit dari duduknya dan menyambut kehadiran Andra dengan peluk mesra sambil mengacak acak rambut Andra dan tersenyum riang.
"Kamu kenapa dis? Kok muka kamu pucet banget?", tanya Andra khawatir.
"Aku enggak tau ndra, mendadak drop lagi terus makin lemes dan pusing sampe muka dan badan aku biru-biru gini kayak abis digebukin preman.. hehehe", Gladis berusaha ceria dan tetap tegar di depan Andra.
"Padahal aku masih pengen berduaan sama kamu main setiap hari, tapi kamu udah harus pergi lagi..", keluh Andra dengan manja sambil mengusap wajah perempuan kesayangannya itu.
"Iya aku juga sama kok, tapi mau gimana lagi.. kan biar aku cepet sembuh, aku pasti balik lagi kok, kamu sabar yaa..", Gladis coba menenangkan malaikat pelindungnya.
"Iya.. kamu janji ya harus semangat dan nurut sama dokternya biar cepet sembuh.. kalau sampe bulan depan abis aku selesai ujian kamu belum bisa kesini juga biar aku yang nyusulin kamu kesana.. oke?", Andra balas menyemangati Gladis.
"Siap bos! Hehe", Gladis mengangguk setuju kemudian bergaya memberi hormat kepada Andra.

Panggilan keberangkatan pesawat Gladis terdengar dari pengeras suara bandara.
"Aku pergi ya ndra, kamu jangan nakal disini, jangan putus hubungan sama aku.. sabar ya, aku pasti kesini lagi, ke kamu..", Gladis pamit sambil tersenyum manis.
"Iya, pasti! Kamu juga ya janji harus berjuang supaya cepet sembuh dan nurut sama papa mama juga dokternya.. kamu juga yang sabar, aku yakin kamu pasti sembuh dan kita pasti sama-sama lagi..", Andra mencoba terlihat tenang untuk melepas Gladis dan memberikan kecupan pada keningnya. Keduanya saling berpelukan dan Gladis mulai perlahan berjalan menjauhi Andra hingga genggaman tangan mereka terlepas dan Gladis semakin menjauh. Andra hanya bisa terdiam menyaksikan punggung Gladis yang meninggalkannya dan hilang dibalik keramaian orang yang lalu lalang di bandara.
Deg! Tiba-tiba ada yang menusuk di hati Andra. Sebuah firasat buruk yang terus menghantuinya. Sebuah perasaan yang sangat pilu dan menyedihkan yang dia tidak suka. Kemudian ia berusaha menenangkan dirinya dengan mengambil nafas yang dalam dan membuangnya perlahan sambil berpikir positif dan meyakini dirinya bahwa semua akan baik-baik saja.



Jakarta, Agustus 2009..

Satu bulan sudah berlalu semenjak Gladis kembali ke Makassar untuk tinggal bersama kedua orangtuanya dan kembali menjalani pengobatan. Tidak pernah terlewatkan satu hari pun untuk Andra dan Gladis berkomunikasi dan saling bertukar cerita. Dunia dan hati mereka terasa dekat walaupun keduanya berada di tempat yang berbeda, sampai di pagi hari ini Andra mendapatkan kabar bahagia. Andra telah selesai dengan kegiatan ujian di kampusnya dan berencana pergi ke Makassar untuk menemani Gladis, namun Gladis lebih dulu melarangnya dan meminta Andra menunggu di Jakarta karena Gladis sudah merasa jauh lebih baik dan akan kembali ke Jakarta untuk bersama Andra. Andra menyambut baik kabar tersebut dan mempercayainya karena suara dan ekspresi Gladis sangat ceria dan bersemangat saat terakhir kali mereka berkomunikasi melalui video call Yahoo Messenger.

Seminggu berselang semenjak kabar bahagia tersebut, namun tak kunjung ada kabar lagi dari Gladis. Andra lupa menanyakan nomor telepon tempat tinggal Gladis di Makassar, sementara telepon orangtua serta kakaknya Gladis juga sulit dihubungi. Andra semakin khawatir dan tidak tenang, ia pun memutuskan untuk pergi ke Makassar pada akhir pekan mendatang. Tanpa pikir panjang Andra langsung memesan tiket pesawat keberangkatan sabtu pagi menuju Makassar.

Malam Jum'at kali ini Andra terpaksa tidak pulang kerumah. Sepulang manggung bersama band nya di Kemang, Andra dan Adit, pemain bass dalam band nya, menginap dirumah junior Paskibra SMA mereka yang bernama Nina. Mereka terlalu lelah dan mengantuk untuk menempuh perjalanan pulang, lagi pula rumah Nina semenjak dulu memang sering dijadikan tempat berkumpul dan menginap anak-anak Paskibra SMA mereka walaupun berbeda-beda angkatan karena rumahnya yang sangat besar. Setiba dirumah Nina, mereka asik mengobrol, bersenda gurau, dan menonton TV hingga tanpa disadari Andra tertidur pulas di sofa.
Keesokan paginya, Andra terbangun pukul 9 karena diajak sarapan oleh Nina. Ia langsung mengambil ponselnya yang tergeletak di meja.
"Yaah gue lupa nge-charge! Nin, pinjem charger hp lo ya..", pinta Andra sambil menegakkan tubuhnya.
"Pake aja tuh masih nempel di colokan samping TV! Gue sarapan duluan ya..", tunjuk Nina sambil berjalan menuju ruang makan.
"Oke, thanks nin!", Andra langsung bangkit dan menuju ke samping televisi untuk menyalakan ponselnya kemudian diletakkan diatas televisi dan ia bergegas menuju kamar mandi.

Kkkrrriiiiinnnggggg.. Kkkrrriiiiinnnggggg..

"Dit, bunyi tuh hp-nya si Andra.. angkat gih siapa tau penting..", sahut Nina kepada Adit yang sedang asik makan.
"Andra nya mana? Mandi ya? Yaudahlah biarin aja.. kalau enggak lo aja yang angkat..", jawab Adit cuek.
"Ah enggak ah, enggak enak! Yaudah deh biarin aja..", balas Nina.

Kkkrrriiiiinnnggggg.. Kkkrrriiiiinnnggggg..

"Duh bunyi terus lagi hp-nya si Andra, penting banget kali ya?", Nina mencoba minta pendapat Adit. Namun Adit hanya terdiam sambil mengangkat bahunya dan melanjutkan makan.
"Andraaaaaaaaaaaaa.. teleponnya bunyi terus tuuuuuuuuhhhh!", Nina meneriaki Andra yang sedang mandi dari ruang makan.

Sepuluh menit kemudian Andra keluar dari kamar mandi sambil mengusap-ngusapkan handuk untuk mengeringkan rambutnya.
"Ada apaan sih nin kok teriak-teriak?", tanya Andra sambil menuju ruang makan.
"Itu tuuh hp lo bunyi terus daritadi kayaknya penting deh!", jawab Nina.
Andra bergegas mengambil ponselnya berharap itu dari Gladis.
"13 missed call dari Aldy? ada apa ya?", Andra membatin sambil menatap ponselnya.

Kkkrrriiiiinnnggggg..

"Halo.. kenapa dy?", tanya Andra tenang.
"Aduuuuhh ndraaa, susah banget sih ngehubungin lo! Gua telepon kerumah lo, kata bi Minah lo enggak pulang.. dimana sih lo?", keluh Aldy.
"Hehehe iya sorry, semalem abis manggung gue sama Adit kecapean jadi nginep dirumah Nina terus hp gue mati karena lupa gue charge.. dan barusan pas lo telepon gue lagi mandi.. kenapa dy? Gak biasanya lo nyariin gue sampe segininya..", jawab Andra menenangkan sahabatnya.
"Hmmmm..ndra, lo yang sabar ya.. lo harus kuat.. gue mau nyampein berita duka buat lo!", Aldy mulai menjelaskan pelan-pelan. Andra terdiam mencoba mendengarkan.
"Gladis meninggal ndra.. baru tadi pagi, di rumah sakit di Makassar, gue dapet kabar dari kakaknya yang nelepon gue minta tolong sampein ke lo karena lo susah dihubungin..", lanjut Aldy perlahan karena ia tahu bahwa berita ini akan menghancurkan hati sahabatnya.
Tubuh Andra menjadi kaku, kedua dengkulnya melemah, hatinya hancur, dan air matanya tidak terbendung. Ia tak sanggup lagi menahan tubuhnya untuk tetap berdiri dan mulai terduduk tak berdaya. Terdengar suara Aldy dengan samar memanggil-manggil namanya dari balik ponselnya yang sudah tergeletak di lantai.
Adit dan Nina yang melihat pemandangan tersebut sontak terkejut dan saling pandang kemudian berlari menghampiri Andra.
"Ndra, lo kenapa? Aldy bilang apa?", tanya Adit khawatir. Nina mulai berkaca-kaca menyaksikan kejadian tersebut.
"Gladis dit, gladis..", Andra menjawab dengan terisak.
"Kenapa kak gladis?", Nina semakin penasaran dan mulai menerka-nerka.
"Gladis meninggal..", Andra terbata-bata dan semakin tersedu-sedu dipelukan Adit dan Nina yang ikut bersedih dan menangis.
"Lo harus kuat ya ndra, lo harus terus bertahan dan ngejalanin hidup lo.. demi dia! Jangan lupa selalu berdoa biar dia tenang disana.. ikhlasin ya ndra..", Adit berusaha menenangkan sahabatnya perlahan-lahan.
Andra terus menangis dipelukan dua temannya itu, seketika semuanya berputar di benak Andra. Semua tentang Gladis dan kenangan mereka berdua. Senyumnya, tawanya, semangatnya, mimpi-mimpinya. Seakan semua baru terjadi kemarin dan ia masih tidak mempercayai bahwa ia telah kehilangan hati dan tujuan hidupnya.
"Dit, anterin gue pulang ya.. gue mau siap-siap untuk berangkat ke Makassar..", pinta Andra sambil terisak dan terbata-bata. Adit mengangguk setuju. Keduanya kemudian beranjak menuju mobil dan bergegas kerumah Andra.


Makassar, Agustus 2009..

Andra berjalan perlahan di halaman rumah itu. Entah ia siap atau tidak, tapi ia tetap bertekad untuk tetap mendatangi tempat itu. Rumah tersebut sangat tenang dan sunyi, temboknya berwarna putih bersih dengan ornamen terbuat dari kayu pada setiap jendela dan pintunya. Terdapat bendera kuning di pagarnya tanda berduka dan ada beberapa orang pembantu rumah tangga yang sedang membersihkan sisa-sisa bekas acara pengajian di garasinya yang luas. Ya, Andra memang tidak sempat bertemu jenazah Gladis untuk yang terakhir kali karena Gladis dimakamkan setelah sholat Jum'at dan Andra baru bisa berangkat hari Sabtu pagi karena tidak ada lagi penerbangannya. Awalnya Andra ingin langsung menuju ke makam Gladis namun ia tidak tahu alamat pasti pemakamannya dan orangtua Gladis ingin agar Andra mampir kerumahnya terlebih dahulu.
"Assalammualaikum..", Andra mengetuk pintu rumah tersebut sambil memberi salam.
"Wa alaikum salaam..", balas mamanya Gladis sambil berjalan menuju pintu rumahnya.
"Pagi tante, apa kabar?", sapa Andra dengan sopan.
"Andraa!! Alhamdulillah tante baik, kamu apa kabar? Akhirnya kamu sampai juga..", balas mamanya Gladis dengan ramah dan senang menyambut kehadiran Andra.
"Alhamdulillah baik juga tante..", jawab Andra pelan.
"Ayo sini masuk, ada yang mau tante tunjukin ke kamu!", tanpa berlama-lama, mamanya Gladis langsung mengajak Andra menuju ke kamar Gladis.
"Tante mau berterima kasih banyak sama kamu ndra, karena kamu udah mau ngejagain dan ngerawat Gladis selama dia di Jakarta.. dia sering banget ngomongin tentang kamu..", ucap mamanya Gladis sambil berjalan menuju kamar Gladis.
Sampai di kamar Gladis, Andra melihat ke seluruh isi ruangan. Banyak terpampang foto-foto Gladis semenjak kecil hingga dewasa. Kemudian ia terpaku pada satu sudut ruangan dimana banyak terdapat potongan huruf dari majalah dan berbagai karakter atau tokoh yang muka atau kepalanya diganti dengan foto wajah Gladis dan Andra. Disitu Gladis menuangkan berbagai macam perasaan dan mimpinya terutama tentang Andra. Andra berjalan mendekat, kemudian tersenyum dan meneteskan air mata.
"Tante, maaf ya Gladis enggak dapet mukjizat untuk sembuh, aku juga sangat menyesal enggak bisa ada terus di sampingnya sampai detik-detik terakhir hidupnya..", Andra terbata-bata menyampaikan perasaannya kepada mamanya Gladis dengan terisak-isak.
Mamanya Gladis menghampiri Andra dan memegang pundaknya mencoba menenangkan.
"Ndra, kamu enggak boleh ngomong kayak gitu, lagipula kamu salah.. Gladis dapet mukjizat kok dari Allah, dalam bentuk kamu.. kehadiran kamu membuat dia semakin kuat dan punya semangat hidup, dia jadi lebih ceria dan mulai bermimpi lagi.. dan dia selalu bangga sama kamu dan yakin bahwa kamu akan jadi orang yang hebat! Dan dia enggak pernah mempermasalahkan kalau kalian jauh karena dia yakin hati kalian selalu dekat..", ucap mamanya Gladis.
"Sebelum pergi, gladis sempet bilang, maa, aku capek, aku mau tidur ya.. mama, papa, sama kakak enggak usah khawatir, aku baik-baik aja kok.. kalau Andra dateng tolong sampein kalau aku mau dia lanjutin mimpi-mimpinya dan berjuang untuk mewujudkannya, aku sayang banget maa sama dia, dia sama baiknya kayak papa dan menurutku dialah satu-satunya orang yang pantes buat aku sama kayak papa buat mama..", lanjutnya sambil meneteskan air mata karena mengingat kejadian itu.
"Yaudah tante tinggalin kamu disini sendiri ya, anggap aja rumah sendiri.. kalau mau ke makam minta dianter sama supir aja tadi tante udah bilang sama dia untuk nganter kamu, tante mau nyiapin yang lainnya..", mamanya Gladis mengusap air matanya dan berjalan keluar kamar.
"Terima kasih ya tante..", balas Andra.

Sesampainya di pemakaman, Andra terduduk pasrah di depan makam Gladis. Meratapi semua tentang mereka berdua, baik yang sudah terjadi maupun yang belum sempat terjadi. Dalam tangisnya, Andra berdoa agar Gladis tenang, bahagia, dan mendapat tempat terbaik disana. Andra memejamkan matanya dan menghabiskan waktu cukup lama disana sambil menikmati hembusan angin disekitarnya, mencoba merasakan kehadiran Gladis dan menyampaikan perasaannya kepada Gladis melalui hatinya. Walau kini jarak diantara mereka semakin jauh, namun seperti yang disampaikan mamanya Gladis, ia yakin bahwa hati mereka selalu dekat.

"Dis, semoga kamu tenang dan bahagia ya disana.. aku akan terus bermimpi dan berjuang untuk meraihnya.. maafin aku ya atas semua kesalahanku dan janji-janji yang belum sempet aku tepatin, aku akan berusaha semampuku untuk mewujudkannya.. aku akan susun tujuan baru dan ngebangun masa depanku walau tanpa kamu.. aku tau, akan ada masa-masa sulit di depan sana, tapi aku yakin kamu selalu menatapku dan bersamaku dari atas sana.. jangan lupa sesekali dateng ke mimpiku yaa buat ngobatin kangen aku sama kamu.. i love you, dis.. i'll always do..", Andra berucap dalam hatinya.

Siang itu terasa lebih sejuk dari biasanya..

Yang Terbaik (Bagian 1 - Selamat Datang Cinta)

Jakarta, Juli 2009..

Sore itu terasa lebih teduh dari biasanya di Ibu Kota Jakarta.
Andra sedang mengendarai mobilnya yang melaju kencang di jalan bebas hambatan menuju bandara Soekarno-Hatta. Suasana hatinya sedang sangat baik karena hari ini adalah hari yang dinanti-nantikan olehnya. Ia ingin memberikan kejutan dengan menyambut kedatangan seseorang yang sangat spesial di hatinya. Apapun yang terjadi disekelilingnya seolah menjadi tidak begitu berarti karena raut mukanya yang bahagia ditaburi oleh jutaan senyuman.

Gadis itu bernama Gladis. Beberapa tahun belakangan ini mereka sangat dekat dan banyak menciptakan kenangan indah berdua. Namun satu hal, keduanya tidak pernah secara langsung menyatakan perasaannya dan menamakan hubungan mereka. Mereka hanya merasakannya di dalam hati dan seolah sama-sama tahu dan yakin bahwa mereka saling memiliki dan terikat.
Selama ini Gladis tinggal di Yogyakarta karena berkuliah disana sementara Andra di Jakarta. Mereka jarang bertemu tapi hampir setiap hari berkomunikasi baik melalui telepon maupun media online seperti Skype, Yahoo! Messenger, Facebook, Twitter, dan lainnya.
Hubungan mereka dimulai ketika mereka berkenalan di sebuah tempat bimbingan belajar di Jakarta ketika mereka kelas 3 SMA dalam rangka mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional dan tes masuk perguruan tinggi negeri yang mereka inginkan. Pada saat itu mereka bersahabat baik dan sama-sama sudah memiliki pasangan masing-masing. Akhirnya waktu juga yang memisahkan mereka, Andra melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia dan Gladis di Universitas Gajah Mada. Setahun berselang, Gladis bercerita bahwa kekasihnya menghianati cintanya dan menjalin kasih dengan sahabatnya sendiri, Rahma. Sementara saat itu Andra memang sudah lebih dahulu menyandang gelar 'jomblo' karena ditinggalkan kekasihnya. Semenjak saat itu mereka saling mengisi satu sama lain.

"Andraaaaaaa...!!", Gladis spontan berteriak girang setelah tersentak karena melihat sosok Andra berdiri di depan pintu kedatangan. Tanpa pikir panjang kemudian ia berlari kearah Andra dan segera memeluknya erat berusaha melepaskan sedikit demi sedikit kerinduannya.
"Diiisss.. udah dong kan nggak enak tuh diliatin orang-orang..", Andra berusaha mencairkan suasana dan mencoba menghindari puluhan pasang mata yang memandangi mereka meskipun sebenarnya Andra lebih tidak menginginkan pelukan itu lepas dan bertahan lebih lama.
"Iiiiiihhh kenapa siiihhh? Kamu nggak seneng ya ketemu aku? Baru juga pelukan 5 menit udah risih.. emang nggak kangen hampir 4 tahun nggak ketemu? Ya udah aku pergi lagi deh nih mumpung masih di bandara..", keluh Gladis dengan manja.
"Eeeeeehhh iya iya ampuun.. jangan ngambek ya, kan aku bercanda.. aku kangen banget tahu sama kamu! Ya udah yuk kita ke mobil, sini barang kamu aku bawain..", bujuk Andra menenangkan pujaan hatinya sambil membelai rambut indahnya yang terurai bebas.
"Nah gitu dooonnngg.. itu baru calon suami yang baik..", rayu Gladis sambil mencubit hidung Andra dan tersenyum manis, membuat Andra semakin tak kuasa menahan kerinduannya.
"Emang aku calon suami siapa?", goda Andra sambil menatap dalam kedua bola mata Gladis dan sedikit tersenyum jahil.
"Yaaaaa siapa aja nanti kan kita nggak tahu.. yang pasti, karena kamu laki-laki jadi pasti nanti kamu akan jadi suami seseorang kaaannn.. wleee..", balas Gladis lebih jahil sambil menjulurkan lidahnya dan berlari menjauhi Andra seakan tidak mau mendengar balasannya.
"Eeeeee tunggu! Awas yaaa! Emang kamu tahu dimana mobilnya? Jangan cepet-cepet dong, berat niiihh tasnyaaa..", Andra berusaha mengejarnya sambil tersenyum bahagia.

"Seandainya aja aku bisa jadi perempuan beruntung itu yang akan ngedampingin kamu dari pelaminan sampai kematian ya ndraa..", Gladis membatin sambil terus berjalan di depan Andra untuk menutupi sendu di wajah cantiknya dan mengusap kedua bola matanya yang mulai berkaca-kaca.


"Kita mau kemana nih ndra? Kok arahnya bukan kerumah aku? Kerumah kamu juga bukan..", tanya Gladis dalam perjalanan pulang dengan nada sedikit lelah karena penerbangannya.
"Ya udah liat aja nanti yaa, sekarang kamu istirahat aja dulu, nanti kalau udah sampe aku bangunin..", jawab Andra sambil mengusap kepala Gladis dengan penuh kasih sayang.
Gladis mengangguk setuju dan langsung merebahkan sandarannya kemudian memejamkan matanya.
Ya, Andra memang sangat senang membelai rambut indah Gladis atau mengusap kepalanya dengan lembut, dan Gladis pun menyukainya, karena setiap kali Andra melakukan itu kepadanya, hatinya langsung tenang dan entah kenapa selalu berhasil membuat Gladis tertidur nyenyak dan bermimpi indah. Oleh karena itu, Gladis sering menyebut kebiasaan Andra itu dengan sebutan "sentuhan ajaib".


Mereka telah sampai ditempat yang sudah Andra persiapkan.
"Diis, bangun diis.. kita udah sampe nih..", bisik Andra perlahan berusaha membangunkan Gladis pelan-pelan sambil menempelkan telapak tangannya di pipi Gladis.
"Ini kita dimana ndra? Kita mau ngapain?", Gladis menjawab lirih sambil berusaha mengumpulkan kesadarannya dan kembali menegakkan sandaran tempat duduknya.
"Kita makan malem dulu yuk! Kamu pasti laper kan? Muka kamu kok pucet, kamu udah minum obat belum?", ajak Andra penuh semangat sekaligus khawatir.
"Nggak kok aku nggak apa-apa.. Iya yuk kita makan, perut aku udah bunyi-bunyi terus nih minta dikasih makan, hehehe..", jawab Gladis manja.

"Andra..ini tempat apa? Kok bagus banget.. kita di puncak ya?", tanya Gladis sambil melangkah pelan keluar dari mobil dan mengagumi pemandangan sekitar.
"Iya, kita di puncak.. ini namanya Bukit Harapan..", jawab Andra sambil menghampiri Gladis.
"Yuk kita duduk disini..", ajak Andra sambil menarik pelan genggaman tangan Gladis keatas sebuah tikar yang sudah disiapkannya yang dikelilingi oleh lilin lilin kecil sebagai sumber pencahayaan.
"Ini semua kamu yang siapin? Makanannya juga kamu yang masak?", tanya Gladis dengan senang dan terharu.
"Iya.. kan sengaja aku siapin buat nyambut kamu karena kita udah lama nggak ketemu.. yaudah kita makan yuk, nanti keburu dingin loh makanannya..", jawab Andra antusias.

Setelah selesai menghabiskan makanan mereka sambil sesekali bertukar cerita dan bercanda gurau, mereka pun membereskan tikar dan semua alat makan ke dalam mobil dan kemudian duduk bersandar berdua diatas kap mesin mobil Andra.

"Gimana, udah kenyang belum? Suka nggak sama makanannya?", Andra mencoba membuka pembicaraan.
Gladis mengangguk sambil tersenyum menandakan bahwa ia suka.
"Seperti biasa, kamu dari dulu selalu berhasil bikinin aku makanan-makanan enak! Curang ih masa kamu lebih jago masaknya dari pada aku.. hehehe..", puji Gladis sambil tertawa kecil menggoda.
"Iya dong! Jadi nanti dirumah aku aja yang masakin buat kamu terus..", balas Andra dengan bangga sambil balik menggoda.
"Dirumah kamu kan? Dirumah aku sih biar si mbak aja yang masak! Hehe..", Gladis berusaha mengelak dengan candaan namun malah membuat mereka sama-sama terdiam dan menjadikan suasana diantara mereka menjadi sunyi dan agak kaku.

"Mmmmmm.. ndra, kenapa sih kamu ngelakuin semua ini ke aku? Kenapa kamu baik banget sama aku? Disaat aku butuh temen-temen aku kayak gini, tapi mereka semua malah pada nggak punya waktu dan sibuk, malah cuma kamu yang selalu ada buat aku..", tanya Gladis pelan.
"Karena aku sayang sama kamu.. karena aku nggak mau kamu ngerasa kalau kamu itu sendirian.. karena aku mau kamu yakin bahwa nggak ada yang nggak mungkin terjadi di dunia ini kalau kita mau berusaha dan ngejalaninnya sama-sama..", Andra menghentikan kata-katanya sejenak.
"Wish-list kamu nomer tujuh, kamu pengen lebih tinggi dari semua orang. Nomer lima, kamu pengen makan malem dibawah taburan bintang-bintang.. bukit ini adalah bukit yang paling tinggi, jadi gak akan ada yang bisa lebih tinggi dari kamu.. dan tadi kita abis makan dibawah bintang-bintang kan..", lanjut Andra meyakinkan.
Gladis hanya menatap Andra dalam dan penuh kekaguman kemudian tersenyum.
"Kamu tahu nggak apa nomer satu nya?", tanya Gladis memancing.
"Mana aku tahu, kamu kan nggak pernah mau bilang.. dan setiap aku nebak pasti kamu bilang salah..", jawab Andra cepat dengan nada mengeluh.
"Aku berharap bisa nikah sama seseorang yang mirip dua orang laki-laki terbaik yang pernah aku kenal dalam hidup aku..", akhirnya Gladis membocorkannya sambil tersenyum dan menatap ke langit.
"Dua? Siapa aja?", Andra berusaha mengisi rasa penasarannya.
"Papa aku, dan.. kamu..", Gladis menjawab perlahan tapi pasti sambil memalingkan senyumnya kepada Andra.
"Kenapa harus yang mirip aku? Kenapa nggak langsung sama akunya aja?", desak Andra karena merasa tidak menerimanya.
"Karena aku juga sayang sama kamu, dan aku nggak mau ninggalin kamu, bikin kamu sedih, dan ngancurin cita-cita kamu.. lagi pula, itu kan cuma harapan yang nggak akan jadi kenyataan.. kamu kan tahu gimana penyakit lupus aku ini udah ngalahin seluruh bagian dari tubuh aku.. aku juga nggak tahu sampai kapan bisa bertahan, kadang-kadang aku ngerasa capek, pengen nyerah aja..", Gladis menjelaskan pelan sambil menghindari tatapan Andra.
"Sssstttt.. kamu nggak boleh ngomong kayak gitu.. kan aku udah sering bilang sama kamu kalau aku akan terus ada disamping kamu apapun yang akan terjadi.. lagi pula kamu itu harus optimis kalau kamu akan sembuh, asalkan kamu nurut apa kata dokternya dan bersabar sambil terus berdoa sama Allah biar dikasih kesembuhan..", Andra mencoba menenangkan dan meyakinkan pujaan hatinya itu.
"Janji ya, mulai sekarang kamu nggak boleh ngomong kayak gitu lagi..", lanjut Andra sambil memegang wajah Gladis dengan kedua tangannya agar diam menatap matanya.
Gladis mengangguk dan tersenyum tanda setuju.

Malam itu berlalu lebih lambat dari biasanya..
Gladis tertidur di pangkuan Andra hingga ia harus menggendongnya ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan pulang Andra hanya bisa terdiam dan termenung sambil sesekali tersenyum menatap Gladis yang sedang tertidur pulas dan terus berdoa dalam hatinya agar gadis kesayangannya itu cepat sembuh dan kembali bersemangat menjalani hidupnya dan membangun kembali mimpi-mimpinya.

Saturday, July 28, 2012

Untuk sahabat

Menurut gue, nggak ada persahabatan yang sempurna.. Karena, persahabatan sempurna terbentuk oleh orang-orang yang sempurna dan nggak ada orang yang sempurna di dunia ini, apalagi orang-orang kayak kita..
Tapi gue bersyukur diberikan kalian (sahabat-sahabat gue) sama Allah karena kalian nunjukin bahwa tanpa kesempurnaan, bahkan mungkin dengan banyak kekurangan, persahabatan masih bisa indah.. Bahkan lebih dari sempurna..
Terima kasih sahabat, maaf gue nggak bisa selalu ada untuk kalian, makanya gue sangat senang sekali setiap kita bisa menghabiskan waktu berkualitas bersama-sama.. Tapi yakinlah dihati kalian masing-masing bahwa gue selalu dekat..
I love you all, whatever happens! :)

-Bya

Sekata dan serasa

Rasa membentuk kata,
Dimana kata dapat merangkai prosa.
Aku lebih memilih goresan tinta atau pena,
Daripada menyerahkannya pada bicara.
Tidak semua individu akan sama,
Tentang apa dan mengapa yang kurasa.
Oleh karena itu, aku memilih pena.
Dan bukan kepada manusia,
Melainkan dunia maya.

Kadang tercipta sebuah cerita,
Tentang angan yang tak sanggup dipenuhi dunia nyata.
Cerita dimana akulah penciptanya,
Dan bebas memulainya dari mana hingga bagaimana akhirnya.
Disitulah kebahagiaannya.
Oleh karena itu, aku memilih tinta.
Untuk menciptakan sebuah dunia,
Yang sesuai dengan cita-cita.

Seringkali itu malah menjadikanku lebih dewasa,
Dibandingkan dengan berkata kepada manusia,
Dan memperdebatkan tentang hal yang belum tentu dibela.
Atau harapan pembenaran yang tidak pernah ada.
Oleh karena itu, aku tidak memilih bicara.
Karena belum tentu semua sekata,
Apalagi serasa.

Saturday, June 30, 2012

Mengurai rasa

Seorang pria tengah terjaga di kesunyian malam dalam sebuah ruang gelap di kediamannya..
Ia terduduk diam dan mulai memejamkan matanya..
Membiarkan semua hal merasuk paksa kedalam otak dan pikirannya selayaknya derai hujan bertubi-tubi yang tak mau berhenti..
Tentang masa lalunya, tentang cita-citanya, tentang masalahnya, tentang hatinya, tentang pekerjaannya, tentang rencananya, tentang hidupnya..
Seperti tak ada yang mau mengalah untuk mengitari kepalanya dengan cepat dan berulang..
Tidak mudah menjadi dirinya, banyak tanya yang ia sendiri tidak pernah bisa menemukan jawabannya..
Terkadang hidup menjadi semakin berat untuknya..
Ketika ia harus belajar merelakan orang yang dicintainya dipanggil yang maha kuasa..
Ketika ia mulai menyusun kembali hatinya namun dikhianati dan dihempaskan begitu saja..
Ketika ia mencintai seseorang yang telah memiliki kekasih dan ia terpaksa harus melupakannya, namun disaat ia telah belajar membuka hatinya untuk yang lain, wanita yang ia cintai itu berpisah dengan kekasihnya dan membuat hatinya dilema namun tak berdaya..
Ketika ia bersikeras mengikuti keinginan orangtuanya untuk membahagiakan mereka walau dengan melakukan hal-hal yang ia tidak suka..
Ketika ia memperjuangkan keinginan dan cita-citanya namun tidak ada satu orang pun yang berada disisinya atau dibelakangnya..
Ketika ia menjadi yang diharuskan untuk menjadi dewasa dan bijaksana demi menghadapi permasalahan adik-adiknya..
Ketika hal-hal berakhir tidak sesuai dengan rencana dan perkiraannya..
Ketika ia bertarung dengan keyakinannya..
Banyak hal yang tidak terungkap darinya dan menjadikan ia pria yang sulit untuk dideskripsikan oleh kata-kata..
Banyak yang mengatakan bahwa ia hebat, namun tidak jarang dirinya ingin menyerah dan mengatakan bahwa ia juga lemah..
Ia masih belum mau membuka matanya..
Masih menikmati keheningan malam yang menjadi musik pengiring semua ledakan di otak dan hatinya..
Masih pria yang sama dan ia terus menjalaninya..

Thursday, May 31, 2012

Aku ingin kamu untuk kita..

Aku ingin mengajakmu melayang terbang tinggi..
Tapi bukan berarti kau tidak siap untuk jatuh dan memulainya dari awal lagi..

Aku ingin mengajakmu hidup senang dan berkecukupan..
Tapi bukan berarti kau tidak bisa bila hidup susah dan kekurangan..

Aku ingin mengajakmu pergi jauh berkeliling dunia..
Tapi bukan berarti kau tidak bisa tinggal lama di satu rumah kita..

Aku ingin kita saling membuat bahagia dengan canda dan tawa..
Tapi bukan berarti kau tidak bisa saling berbagi duka dan menopang rasa..

Aku ingin kau bisa terus bersenang-senang dan menikmati masa mudamu..
Tapi bukan berarti kau tidak bisa berkeluarga dan menua bersamaku..

Thursday, April 12, 2012

Menjadi pegawai

Terhitung mulai tanggal 1 April 2012 kemaren, gue bekerja di Artha Graha Network (AGN). Banyak yang enggak percaya, tapi sumpah ini bukan April mop! hehehehe..
Mungkin beberapa orang ada yang tahu, terutama temen-temen deket gue bahwa gue lebih suka ngebangun usaha sendiri dibanding kerja kantoran atau jadi pegawai. Gue pernah bilang bahwa gue mau membuka lowongan pekerjaan, bukan mencari lowongan pekerjaan. Terus? Apa gue sekarang berubah pikiran? Hhmmm.. Sebenernya enggak juga.. Alasan gue akhirnya nerima kerjaan ini adalah pertama untuk bokap nyokap gue.. Setidaknya mereka jadi lebih tenang dan yakin sama kegiatan gue.. Tapi bukan berarti gue ninggalin semua usaha gue yang udah gue rintis pelan-pelan.. ProjectHati masih jalan kok, gue sama tim gue masih bikin Buku Tahunan Sekolah (BTS), masih punya jadwal bikin Prom Night Labschool di bulan Juni, masih nerima job foto wedding, pre-wedding, ulang tahun, dan sebagainya.. Bahkan gue juga lagi mulai menjalani usaha pakaian dengan coba bikin brand jeans sendiri..
Alhamdulillah kerjaan gue yang sekarang ini di AGN justru semakin mengasah jiwa entrepreneur di dalam diri gue.. Disini gue belajar mengatasi masalah dalam sebuah perusahaan, belajar mempelajari berbagai macam sifat pegawai dan tipe kepemimpinan, belajar mengatur dan mengelola bisnis itu sendiri, dan sebagainya..
Bahkan, hari kedua kerja gue langsung disuruh tinggal di Cariu, Jonggol buat menganalisa permasalahan di salah satu anak perusahaan yang bergerak di bidang peternakan dan pertanian.. Jelas itu bidang yang sangat baru buat gue dan jadi ilmu baru yang gue dapet.. Oh iya, kontrak kerja gue juga dibawah PT. Marina Ancol Green Hotel, jadi suatu saat pasti gue juga terjun ke dunia perhotelan.. Suka lucu juga sih, gue kuliah di perbankan, kerja di perhotelan dan sekarang terjun ke peternakan sama pertanian.. Sangat menarik!!
Dan disini gue juga belajar hidup, karena semuanya enggak kayak di kota.. Bahkan kadang gue harus menghadapi cuaca yang enggak menentu terutama ketika musim hujan yang deras dan banyak petir seperti sekarang ini.. Belum lagi listrik yang suka mati berjam-jam, sinyal handphone yang kadang ada kadang enggak, dan lokasinya yang jauh dari kendaraan umum.. Perjuangan!!
Terlepas dari semua itu, gue masih enjoy ngejalanin semuanya.. Karena disini jam kerjanya lebih fleksibel, jadi gue masih bisa ngerjain dan nyelesein proyek BTS dan lainnya yang masih berjalan sampai bulan Juni..

Mau lihat kayak apa disini? Gue bagi foto-fotonya yaa.. :)











Oh iya! Tulisan ini langsung gue buat dan gue posting dari Cariu-Jonggol, loohh!!
*mumpung lagi dapet sinyal, hehehe..

Friday, April 6, 2012

Teori sendal jepit

Jodoh? lo percaya enggak sama jodoh? menurut lo jodoh itu apa sih?
gue punye teori.. TEORI SENDAL JEPIT..

Sekarang lo bayangin, ada sebuah kolam besar yang kosong yang enggak ada airnya..
terus lo masukin ratusan atau ribuan pasang sendal jepit kedalem kolam tersebut..
sendal jepitnya bebas, dari mulai warnanya, bahannya, ukurannya, semuanya bebas..
setelah semua sendal jepit itu bercampur aduk di dalem kolam,
lo ambil satu persatu dengan mata terpejam..
kemudian lo pasang-pasangin di pinggir kolam hasil yang lo ambil..
gmn hasilnya?
beragam kan?

Ada kemungkinan lo ambil 2 buah sendal yang sama sisinya (kanan dengan kanan, kiri dengan kiri),
atau kalau dalam konteks manusia bisa dibilang hubungan sesama jenis..

Ada kemungkinan lain lo ambil 2 buah sendal yang cocok dan saling melengkapi satu sama lain (kanan dan kiri) walaupun warna dan ukurannya enggak sama..
mungkin dalam konteks manusia, ada di lingkungan lo atau lo pernah punya temen yang serasi, tapi ceweknya putih dan cowoknya item, atau ceweknya kecil dan cowoknya gede..

Ada kemungkinan lain lo ambil 2 buah sendal yang sepasang (kanan dan kiri) tapi sangat enggak cocok dan enggak nyaman sehingga lo harus masukin lagi kedua sendal tersebut ke dalem kolam untuk lo ambil lagi secara acak..
mungkin butuh beberapa kali pengambilan acak sampai sendal itu dapet pasangan yang sesuai..

Bahkan ada kemungkinan lain lo ambil 2 buah sendal yang sangat serasi dan dari awal mereka memang sudah sepasang..
warnanya sama, mereknya sama, ukurannya sama, seolah mereka memang enggak pernah terpisahkan..
dalam konteks manusia mungkin kita pernah ngeliat hal kayak gitu..
sepasang kekasih yang membuat semua orang iri karena keserasian dan kecocokan mereka satu sama lain..
tapi seberapa besar persen kemungkinan itu akan terjadi? bahkan terhadap diri lo sendiri dari milyaran jumlah manusia yang ada di bumi ini..

Jadi, gimana menurut lo? setuju sama teori sendal jepit gue? atau kalian punya teori lain?
hhmmmmmm.. :)

Thursday, March 29, 2012

Tentang hidup

Hidup itu pilihan,
terkadang kita harus mengambil sesuatu dan melepaskan yang lain..
memiliki sesuatu dan meninggalkan yang lain..
mencintai sesuatu dan merelakan yang lain..
memilih diantara dua atau lebih pilihan, membandingkan baik buruknya, dan menjalaninya..
dan tidak semuanya akan mudah ataupun akan sulit..
terkadang akan muncul kepuasan, tapi juga ada kemungkinan penyesalan..

Tetapi hidup juga seperti berada diatas treadmill..
apapun yang terjadi kita tetap harus terus melangkahkan kaki dan terus berjalan,
atau kita akan terjatuh..

Dan setelah kita menyelesaikan sebuah pilihan dan menjalaninya maka akan muncul cabang dan pilihan lain untuk permasalahan dan alur hidup yang berikutnya..
dan karena itulah hidup juga bisa diibaratkan seperti pohon yang memiliki batang, kemudian dahan, dan ranting..

Kita mungkin tidak akan pernah tau pilihan apa yang akan kita hadapi atau seberapa besar dampaknya..
tapi yang pasti dan harus kita yakini adalah setiap batang yang kita lewati, dahan yang kita ambil, ranting yang kita pijak, akan selalu mendewasakan kita dan membuat kita semakin hebat dan sempurna..
hingga akhirnya suatu saat nanti kita dihadapkan pada sebuah jalan yang tidak ada pilihannya..
ya, kematian..

Selamat menjalani setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan seterusnya..
jadikan setiap saatnya yang terbaik yang pernah terjadi dalam hidup kalian..
hidup memang singkat, dunia memang luas..
tinggal bagaimana kita menjadikan hidup yang singkat ini sangat cukup dan berkualitas dari sebagian kecil luas dunia yang kita raih.. :)

Tuesday, February 28, 2012

Yang tak terbayangkan

Pernah enggak sih lo bengong atau ngelamun?
terus muncul bayangan-bayangan indah di benak lo..
abis itu lo jadi berandai-andai dan senyum sendiri..
belum cukup puas disitu, terus lo mikir tentang banyak hal..
hal-hal di masa yang akan datang..
masa yang akan lo jalanin, masa yang akan lo pilih..
terus lo tambahin banyak imajinasi ke dalamnya sampai jadi sebuah mimpi yang sangat indah..

Ya, semua orang pasti pernah kayak gitu..
gue salah satunya..
mungkin gue sering bercerita dan banyak berbagi di blog gue ini tentang hal-hal yang udah gue lakuin dan rencana yang akan gue jalanin di kemudian hari..
gue termasuk tipe orang pemikir dan pemimpi..
banyak hal yang pengen gue raih dan gue capai..
gue pengen terkenal bareng D'Nasty, gue pengen ProjectHati sukses,
gue pengen punya butik dan salon (cita-cita sama Melly), gue pengen nyewain studio band,
gue pengen berbagi sama yang kurang mampu, gue pengen ngebangun mesjid,
dan masih banyak lagi..
semuanya udah terpetakan dengan sangat rinci di otak gue dan di jurnal gue dari mulai cara ngebangunnya dari nol sampai nanti gimana akhirnya..
hanya saja setelah semua itu, imajinasi gue kadang terhenti dan mimpi gue mulai terbuyarkan kalau gue inget sesuatu..
gimana gue ngejalanin semua itu tanpa dia?
tanpa orang yang gue sayang..
gimana kalau ternyata dia berakhir bahagia dengan yang lain, bukan sama gue..
apa gue harus ngerombak semua mimpi itu? tapi gue maunya sama dia dan dia adalah penyempurna dari semua mimpi-mimpi gue..

Dari semua yang terlintas di benak gue, cuma itu yang tak pernah terbayangkan..

Tuesday, January 31, 2012

Pesan untuk peri kecil

Aku tahu, tidak mudah menjadi dirimu,
Harus selalu terlihat ceria dan lucu,
Bahkan disaat kebahagiaan sama sekali tidak menghampirimu..
Kadang, hidup tidak selalu sesuai dengan rencanamu..
Ada sendu, ada pilu, ada haru,
Ada tawa, ada tangis, ada bangga, ada kecewa..
Akan datang masa ketika kamu jatuh cinta,
Kemudian pria itu membalasnya dan membuatmu bahagia,
Dan setelah itu mengecewakanmu dan mematahkan hatimu..
Percayalah bahwa semua akan indah pada waktunya,
Dan kau akan terus belajar untuk menjadi dewasa,
Seiring dengan berjalannya waktu menuntunmu..
Meskipun kau sudah menjadi besar nanti,
Kau akan terus menjadi peri kecilku..
Adikku tercinta.. :)

Sunday, January 29, 2012

Jangan takut

Jangan pernah takut untuk bermimpi,
Apalagi untuk masa depan bersamaku..
Jangan pernah takut untuk jatuh cinta lagi,
Apalagi untuk jatuh pada cintaku..
Jangan pernah takut untuk membuka hatimu lagi,
Apalagi untuk menyambut kehadiranku..
Jangan pernah takut untuk dicintai,
Apalagi untuk dicintai hatiku..
Jangan pernah takut untuk mencoba lagi,
Apalagi untuk petualangan hidup bersamaku..
Jangan pernah takut untuk mati,
Apalagi untuk tenang dipelukanku..
Jangan pernah takut untuk berlari,
Apalagi untuk berjalan disampingku..
Jangan pernah takut untuk berada dalam sebuah situasi,
Apalagi untuk menjawab pinanganku..
Jangan pernah takut lagi, karena cukup hanya diriku..